tabur bintang

Kamis, 07 Oktober 2010

Mangku Liyer Menuai Berkah dari Beredarnya Novel dan Film Eat, Pray, Love

Mangku Liyer Menuai Berkah dari Beredarnya Novel dan Film Eat, Pray, Love
Penasaran, Turis pun Berbondong untuk Melihat Tempat Syuting

TAMBAH SIBUK: Mangku Liyer melayani tamu asing di rumahnya, Desa Banjar Pengosekan Kaja, Ubud, Gianyar. Foto : Sentot Prayogi/Radar Bali/JPNN
Nama Mangku Ketut Liyer semakin moncer sebagai ’’orang pintar’’. Tidak hanya di Bali, tapi juga di dunia internasional. Semua itu tak lepas dari novel dan film Eat, Pray, Love (EPL) yang dibintangi aktris cantik Julia Roberts.

=======================
SENTOT PRAYOGI, Gianyar
=======================

SULIT memang untuk menemui paranormal I Mangku Ketut Liyer. Beberapa kali Radar Bali (grup JPNN) menyanggong laki-laki 95 tahun itu di rumahnya, kawasan Banjar Pengosekan Kaja, Ubud, tapi tak pernah bisa bertemu langsung. Dia mengaku amat sibuk melayani para tamunya, sehingga tak bisa menerima wawancara wartawan.

Putra ketiga yang merangkap asistennya, Nyoman Latra, 58, pun sempat menjanjikan untuk mempertemukan Radar Bali dengan tokoh sentral dalam novel dan film EPL itu. Namun, lagi-lagi sang tokoh sepuh tersebut tetap tak bisa diganggu.

Sebab, semakin sore, tamunya bukannya makin sedikit, melainkan bertambah banyak. Padahal, Liyer memerlukan waktu rata-rata 30 menit untuk meramal dan mengobati setiap tamu. ’’Apa yang kira-kira perlu ditanyakan biar coba saya jawab saja karena sepertinya bapak belum ada waktu luang,’’ kata Latra.

Dia mengakui, setelah terbitnya novel EPL yang ditulis Elizabeth Gilbert, pengarang yang mantan wartawan Amerika, rumah orang tuanya makin terkenal. Apalagi setelah novel dengan latar kisah nyata pengarangnya itu difilmkan dengan bintang cantik Julia Roberts dan bintang lokal Christine Hakim. "Banyak yang penasaran ingin melihat-lihat rumah kami. Sebab, rumah kami kan menjadi lokasi syuting utama film tersebut," ujarnya.

Tidak hanya itu. Semula, Gilbert ingin Mangku Liyer ikut bermain dalam film romantis tersebut. Namun, lantaran kondisi kesehatannya yang sudah tidak memungkinkan, dia tak jadi main. Sosoknya diperankan orang lain.

Meski begitu, rumah kediaman dukun terkenal tersebut tetap menjadi lokasi syuting hingga enam hari berturut-turut pada November tahun lalu. Tak heran bila selama enam hari itu di sekitar rumah Liyer jadi heboh. "Waktu pengambilan gambar, semua jalan menuju rumah ditutup. Hanya orang-orang yang punya tanda pengenal khusus yang boleh masuk," kenang Latra.

Ratusan anggota kepolisian dilibatkan untuk mengamankan lokasi syuting. Tidak hanya masyarakat yang dilarang mendekat ke lokasi pengambilan gambar. Bahkan, saat itu, wartawan pun tidak diperkenankan meliput.

Memang, kediaman Mangku Liyer yang tidak begitu mewah memiliki daya tarik tersendiri. Rumah itu dinilai masih layak untuk menggambarkan suasana romantis seperti yang pernah dialami Gilbert puluhan tahun silam. Karena itu, rumah tersebut disulap sedemikian rupa sehingga terkesan kuno.

Pemutaran perdana film yang 30 persen berlokasi di Pulau Dewata itu dilangsungkan di New York pada 14 Agustus 2010. Saat itu, artis Christine Hakim ikut hadir dengan busana adat Bali. Kendati belum diputar di bioskop-bioskop Indonesia, sudah banyak yang penasaran dengan rumah Liyer yang menjadi tempat pengambilan gambar film tersebut.

Keluarga Liyer pun seperti menikmati berkah dari terbitnya novel dan film EPL. Bagaimana tidak. Hampir setiap hari puluhan tamu mendatangi rumah mereka. Bahkan, selain ingin melihat-lihat rumah, kebanyakan tamu juga meminta diramal nasibnya. Sebagian lagi meminta pengobatan kepada Liyer.

Bisa dihitung pemasukan yang diterima keluarga Liyer. Sebab, untuk setiap tamu asing dan luar Bali, Liyer mematok tarif Rp 250 ribu. Untuk pasien lokal, dia tidak memungut tarif. Pasien cukup menyiapkan sesaji untuk berdoa.

Dalam sehari, Latra mengaku membantu ayahnya melayani 20–30 pasien. Baik warga setempat, tamu domestik dari beberapa kota di Indonesia, maupun tamu asing dari berbagai negara. ’’Yang paling banyak ke sini justru tamu asing. Terutama dari AS, Jepang, Australia, Jerman, Belanda, dan Rusia,’’ tutur Latra.

Bahkan, tidak sedikit turis mancanegara yang sengaja menelusuri jejak para tokoh dalam EPL hingga sampai di rumah Liyer. Mereka berombongan ikut paket tur khusus untuk mengunjungi lokasi syuting film itu. ’’Banyak juga yang datang tidak untuk berobat atau diramal, tapi sekadar melihat-lihat, ingin tahu rumah yang pernah dijadikan tempat syuting film EPL,’’ ungkapnya. (*/c5/ari)

Tidak ada komentar:

Search

Peta Desa Tamblang (Bali)

Komang & Family

Komang & Family